Ekonomi

Si Kutang Minta ke Bapa Aing, Agar Lahan Kosong di Cikiray Ditanami Bambu

×

Si Kutang Minta ke Bapa Aing, Agar Lahan Kosong di Cikiray Ditanami Bambu

Sebarkan artikel ini

Tasikmalaya, kamarang.id | “Rek nyaah ka. Urang cikiray mah teu kedah dibere nanaon, pangminuhankeun we leuweung awi, kanggo pibekeleun kahirupan masyarakat, haturnuhun bapa aing”.

Potongan vidio yang disampaikan kepala Desa Salawu Tatang Somantri viral Di Media Sosial.

Bahkan sejak di upload pada bulan oktober melalui Sosial Media tiktok, hingga kini sudah di tonton lebuh dari 500 kali.

Dalam Vidio utuh saat itu, Tatang atau yang akrab di panggil “si Kutang” atau Si Kuwu Tatang, terlihat sedang berada di area sentral pembuatan kerajinan yang berada di kampung Cikiray desa Salawu.

Di sekitarnya nampak beberapa orang warga sedang beraktifitas membuat aneka kerajinan berbahan bambu.

Saat di konfirmasi ke kantor bale desa Salawu “Si Kutang” Membenarkan atas apa yang ia sampaikan di vidio tersebut.

“Iyah itu memang saya, waktu lagi ngontrol ke sentral pembuatan kerajinan dikampung cikiray,” kata Tatang.

Mengenai apa yang disampaikan pada vidio tersebut Tatang mengatakan, semua itu karena terdorong atas keprihatinan pemerintah desa terhadap masyarakat dilingkungan kampung cikiray.

“Masyarakat kampung cikiray itu, sejak nenek. Moyang dulu, bahkan dari jaman belanda, kehidupannya itu mengandalkan dari olahan kerajinan yang berbahan bambu.” Kata Tatang.

Namun seiring berjalannya waktu, pohon bambu di kebun kebun bambu milik warga, yang menjadi bahan baku utama pembuatan kerajinan, makin hari semakin berkurang, bahkan nyaris punah.

“Memang ada ketidakseimbangan ya, antara pohon yang ditebang dengan pertumbuhan pohon. Dalam seminggu misalkan yang di tebang ada seratus pohon, sementara yang tumbuh kembali atau sirungnya untuk bisa sampai di tebang kembali itu membutuhkan waktu hampir setahun lebih,” terangnya.

Saat ini, di wilayah kampung Cikiray sudah tinggal sedikit sekali pohon bambu yang siap tebang. Akibatnya banyak kebun kebun bambu Milik warga yang di biarkan kosong.

“Beberapa bulan lalu kami sudah melakukan pendataan pada beberapa kebun bambu milik warga yang sudah kosong tidak ada lagi pohon nya, dan total luas secara keseluruhannya ada 10 hektar,” Kata Tatang.

Berkurangnya pohon mambu di kampung Cikiray, berdampak pada menurunnya jumlah produksi kerajinan tangan yang berbahan bambu.

Hal tersebut seperti yang yang diungkapkan Firman, salah seorang pengrajin anyaman bambu, untuk memenuhi kebutuhan bahan baku anyaman saat ini, banyak warga yang terpaksa membeli mambu dari luar daerah.

“Dengan terjadinya sulitnya bahan baku berupa bambu, memang berdampak pada adanya sedikit pengurangan jumlah produksinya, karena kita membeli bambunya dari luar daerah, sedangkan harganya memang diatas harga yang ada di cikiray, karena ada beban transport, tetapi karena terdesak kebutuhan bahan, bagi yang mampu mah ya terpaksa di beli saja,” katanya.

Mengenai apa yang sampaikan kepala desa Salawu dalam vidio yang beredar di media sosial, banyak warga yang mendukungnya.

“Memang kenyataannya seperti itu, bagi warga cikiray mah, asal tersedia bambu, maka kehidupannya bisa sejahtera, karena satu kampung ini mah 90 persen, mata pencahariannya membuat kerajinan anyaman bambu” Kata warga. (Adj)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *